Monday, October 12, 2015

Komuter Porong Rasa Prambanan Ekspres

Saiki aku mosting sing bener-bener foto, iki ono 2 foto gambar komuter sing mangkat teko Porong, monggo divoting sing ndi sing luwih apik, dulur...

Tulisen nomor e ndek komentar ngisor, yo :D

1. Gurung adoh wis ngebul
1. Gurung adoh wis ngebul
Kamera: Nikon D7000
Lensa: Nikkor 18-200mm VR G
F-Stop: f/5.6
Exposure Time: 1/200 sec
ISO: 100
Focal Length: 200 mm
Max Apperture: 5
Metering: Pattern

2. Komuter Drameks meliuk indah
2. Komuter Drameks meliuk indah
Kamera: Nikon D7000
Lensa: Nikkor 18-200mm VR G
F-Stop: f/5.6
Exposure Time: 1/200 sec
ISO: 100
Focal Length: 150 mm
Max Apperture: 5
Metering: Pattern

*Kabeh foto sing tak upload iki wis ngliwati proses editting ndek Photoshop karo Cropping gae ngilangno sing nggarai elek :v

suwun yo wis ndelok :D

Saturday, October 3, 2015

Kisah Cinta Busuk yang Kutinggal Di Kotalama

Kisah Cinta Busuk yang Kutinggal Di Kotalama

Namaku Najib, seorang biasa, seperti mahasiswa kebanyakan aku senang jalan-jalan, entah kemana yang kusuka, terutama kalau soal naik Kereta Api, sembari menikmati perjalanan akupun ingin menulis sebuah kisah, dalam perjalanan ini di atas KA 358 tujuan Rangkasbitung yang telah mencapai stasiun Sudimara, sebuah kisah cinta busuk yang kutinggal di Kotalama.

Waktu itu sekitar bulan Maret, hari rabu dan waktu itu aku masih berpacaran jarak jauh dengan seseorang bernama Lia, kenapa jarak jauh? Karena aku di Malang dan dia di Surabaya, tidak jauh juga sebenarnya, tapi aku harus langganan bis PO Tentrem untuk mencapai sana, semua berjalan  mulus selama 6 bulan hingga muncul satu orang yang cukup memberi dampak bagi kisahku. Dia bernama Fana, janda umur 25 tahun yang kuliah satu jurusan denganku, mendadak dia mengatakan suka denganku dan untuk pertama kalinya aku merasakan bagaimana rasanya disukai wanita, dan semenjak itulah pertengkaran dan ketidaknyamanan dalam berkisah cinta mulai berdampak.

Pernah sekali aku memutuskan untuk mengetes keteguhan perasaan si Fana, dan aku minta persetujuan dari Lia, "Lia, bagaimana ini, seseorang suka sama aku ini, tapi bukannya aku mau berpaling darimu, aku hanya ingin mengetes will nya dia itu kuat atau tidak". "Ya gakpapa kalau cuma mengetes, asal kamu gak kebawa aja perasaan suka aja sama dia" pungkas Lia. Bagiku itu sudah dianggap izin, dan akupun mulai melancarkan aksiku, aku mengatakan ke Fana kalau aku putus dengan Lia, seketika itu juga Fana langsung mau denganku, tapi itu tidak berlangsung lama sebelum Lia menceritakan kelakuan ku dengan teman lakinya yang penyuka sesama jenis.

Malam itu aku pulang kerumah dengan badanku yang sudah sangat capek karena 3 mata kuliah, lalu teman gay nya Lia meng-SMS aku dan memarahiku, "Mas kamu itu gak punya perasaan ya, tega banget kamu ya nyakitin si Lia!", ucapnya di SMS, "Tapi kan aku hanya mengetes aja, gak sampe kebawa perasaan, si Lia juga setuju kok", "Tapi bagaimanapun juga dia itu sedih, tadi dia nangis sama aku!". I was doomed, dan akhirnya setelah amarah, emosi dan pisuhan yang tiada henti akhirnya aku mengalah, dan niatku untuk mengetes Fana jadi hilang.

Setelah itu akupun minta maaf ke Lia dan Fana, seketika itu juga Fana langsung memblok semua media sosialnya dari aku, dan bahkan setelah itu berakhir, persoalan soal aku ke Fana masih terus dipertanyakan dan diungkit-ungkit Fana hingga aku bosan. "Kamu kan sudah ada yang suka, bahkan temanku pun juga ada yang suka kamu, kamu gak peka juga" begitulah salah satu kalimat yang dia lontarkan di suatu hari itu, dan bahkan itu berlanjut hingga 2 bulan terakhir sebelum Najib mengakhiri semua.

Dan akhirnya 2 bulan terakhir penuh dengan pertengkaran dan salah paham, Lia pun menjadi makin menyebalkan seolah ingin mengajak bertengkar terus, hingga akhirnya pada akhir bulan Agustus aku pun memutuskan untuk membicarakan hal ini ke Orang Tua ku, dan nyatanya Orang Tua ku tidak suka dengan sifat Lia dari awal aku berpacaran dengannya. "Akhiri saja, daripada kamu yang makan hati" kalimat dari Ibuku itulah yang membuat aku memutuskan untuk mengakhiri kisahku dengan Lia, 8 bulan yang penuh dengan lika-liku, kebohongan, dan banyak hal buruk harus diakhiri karena restu Orang Tua yang selama ini tidak mengalir.

Sebulan setelah perpisahan itu, aku kembalikan perhatianku ke Fana, dan 2 bulan pendekatan yang sia-sia yang kudapat, Fana sudah terlanjur sakit hati pun tak menginginkan kehadiranku lagi, tanpa dia memberitahuku bahkan dengab dalih mengembalikan perasaannya padaku, janda kembang ini sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha asal Sampang, Madura, entah dia melihat dari unsur Materialistik Histori dari orang tersebut aku tidak tahu, yang jelas sebagai kaum proletar aku tersingkir.

Dan hingga kini dia masih terdiam kalau berpapasan dan akhirnya karena kesal akupun menulis status "Cektas landing, sing nongol update an si rondo -_- (baru mendarat yang nongol update an si janda -_- ) " aku menulis itu karena aku kesal dengannya, dan benar ketika tengah malam aku mendapat chat yang panjang darinya, chat itu berisi ketidak sukaan dia kalau disindir di media sosial, aku pun menanggapinya dengan hati yang panas hingga akhirnya dia melontarkan kalimat yang membuatku bertanya-tanya, "Kamu gak selevel sama aku", itu membuatku bingung karena dahulu dia yang suka sama aku dan sekarang kenapa jadi begini, dan ketika aku menanyakan demikian dia menyangkalnya itu dengan santainya, "Sejak kapan aku suka sama kamu? Nol..." ujarnya, dan akupun hancur seketika, dan setelah pertengkaran yang sengit akupun mengakhirinya dan dia menghapus kontak ku dari telpon genggamnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.25, KA 358 baru tiba di stasiun Cilejit menunggu bersilang KA Lokal Rangkas lainnya dan aku memutuskan untuk tidur hingga nanti tiba di Rangkasbitung, dan kisah yang kualami diatas harus ku lupakan sembari kutuliskan sebagai cerita pendek ini, dan ya, dari Kotalama yang hancur aku harus berpindah ke tempat yang lebih baik. Dengan kisah cinta yang lebih baik tentunya.

KA Lokal Rangkas 358, Angke-Rangkas, 3 Oktober 2015