Wednesday, December 16, 2015

Nasi Goreng Bersalut Cerita Lampau

Tidak terasa konflik Aku dan Fana sudah menginjak periode satu semester, atau sekitar 6 bulan, namun nampaknya di suatu hari yang hujan di bulan Desember menemukan titik terang, sangat unexpected memang, tapi yah...aku pun tidak tau bagaimana ini bisa terjadi.

Nasi Goreng Bersalut Telur khas Cafe milik si Fana

Singkat cerita waktu itu aku mendapat kabar dari teman kalau si dia membuka sebuah cafe disuatu sudut ramai kota yang kini aku tempati, karena berhubung aku pecinta makanan dan temanku sangat meyakinkanku untuk mencobanya jadi, oke, selepas dari luar kota aku pun langsung kebut ke cafe yang dia buka. Mulanya aku datang, sampai didepan cafe tersebut dan memarkir Motor Gajah Lampungku didepannya, namun pada saat itu Fana sang pemilik belum tiba di cafe tersebut untuk pengecekan harian, dan berhubung yang temanku makan adalah Nasi Goreng bersalut Telur Spesial, jadi akhirnya aku memesan item yang sama dengan air putih dingin sebagai minumya, "Nasi Goreng Bersalut Telur satu, dengan...Air Kosong satu, ya..." ujarku kepada sang pelayan dengan bahasa Melayu, "Air Kosong sejuk atau biasa?" tanya sang pelayan itu kembali, "Sejuk ja...", "Oke pakcik, tunggu sekejap ya.." ujar si pelayan itu. Yah...air putih dingin di musim hujan, akan membuat orang yang punya penyakit flu semakin menjadi-jadi bersinnya. Sekitar 10 menit aku menunggu namun belum datang juga, baiklah..mungkin karena masih baru jadi ya..oke..harap maklum.

Sebelumnya dalam anganku selama perjalanan, ketika aku sampai di cafe dan ada si Fana didalam akan terjadi pembicaraan yang alot dan menjurus ke pertengkaran, namun tepat 5 menit sebelum makanan tersaji, semua runtuh seketika. Dari luar terlihat mobil family hitam buatan Jepang terbaru, dan didalamnya menampak sesosok perempuan berhijab yang aku-pun hafal betul dengan mukanya seperti apa, namun satu hal yang mendekatkan aku dengan si pemilik Cafe yang baru datang adalah ketika dia kesulitan keluar dari mobilnya dan aku menyadari kalau motor ku menghalangi jalan keluarnya si pengemudi mobil hitam tersebut, sontak akupun keluar membetulkan motorku, dan akhirnya sesosok perempuan itu berbicara, "Najib...kapan datang? sama siapa?" tanya si Fana kepadaku, "Ah...5 menit yang lampau, seorang saja.." ujarku, "Ah yang benar.." , "Ah...I sirius lah...mana ada aku temberang macam kau, haha...anyway..tahniah ya..you just open a nice place" , "aaah...thankyou..kita bisa macam dulu lagi kah?" , "emmmm...kitorang cakap-cakap didalam ja, mari masuk..". Akhirnya akupun masuk dengan dia kedalam, dan sepanjang jalan menuju kursi aku melihat raut mukanya yang seakan tidak percaya kalau aku ada ditempatnya dan badannya yang gemetaran seakan takut dan menampak pula matanya yang berkaca-kaca terharu.

Kemudian setelah itu dia duduk dihadapanku dan mulailah percakapan, "Kok kamu tau tempat ini?" , "emmm..Diana cakap kalau kau buka Cafe baru...dan dia cakap kalau makanan disini sedap, jadi I cuba lah..." ,  "Kamu tadi abis dari mana?" , "Dari Kampung..biasa..wawancara dengan responden penelitian" , "Owh...anyway kamu sudah pesan kah? Aku buatin deh spesial buat kamu" , "Alah...tak payah..saya pesan sudah 5 minit yang lampau, tinggal cekik.." , "Wah...pesan apa?" , "Macam si Dia upload ke IG" , "Oh iya ya...aku ambilin ya.." , "Terserah engkau lah" , "Oke sebentar ya.." , "Iya..". Dan dia pergi kebelakang, dan beberapa menit setelahnya akhirnya makananku pun tiba, dan sesuai ucapannya, si Fana pula yang membawakan pesananku, dan bahkan ketika membawakan makanan akupun masih bisa melihat badan, kaki, dan tangannya gemetaran seperti tadi, dan dia menyajikannya dengan senyuman yang jarang kulihat dari yang sudah-sudah.

Selepas itu, aku menyantap menu yang barusan kupesan, cukup enak rasanya, sangat berempah, asin, sedikit pedas, dan manis tercampur menjadi satu ketika kusantap, dan seperti yang tadi, makan pun diisi cerita dan cakap-cakap sedikit, namun yang membuatku ingin terus lama bercakap dengan dia adalah aku ingin tau apa yang sebenarnya terjadi saat konflik dulu 6 bulan yang lalu. "Bisa kau cakap apa yang sebenarnya terjadi dahulu kala?" , "Yang mana?" , "Pasal lampau, pasal kenapa kau mengolok "kamu gak level sama aku", memang kenapa? Betul kalau memang aku tak selevel dengan kau, korang kaya lah, dan I tidak, so that obvious" , "Bukan...bukan...waktu itu aku emosi, kamu baik, akunya aja yang jahat" , "Hmmmm...iyelah tu..habis pasal orang tua yang kau pasang di DP Social Media kau, itu siapa? I thought you're married with that guy" , "No, not yet, itu kan bapakku?" , "Kenapa kau tidak cakap sedari awal? Kalau macam ni kan jadi gaduh friendship kita" , "Ah, sudahlah, lupakan, habiskan makanmu, aku mau ke office dulu ya, nanti aku balik lagi" , "Okay" pungkasku, kemudian dia akupun menghabiskan makan dan minumku sembari menanti si Fana kembali dari kantornya, dan aku juga kala itu lupa kalau si Fana adalah seorang Yatim Piatu dan ayahnya yang sekarang adalah ayah angkat, jadi wajar kalau tidak mirip, dan aku cukup menyesali apa yang aku perbuat dulu. 

20 menit sudah aku menanti dia, dan masih belum datang juga, akupun turut berpikir kalau dia sempat menangis di kantor dia karena kedatanganku yang tidak dia duga, tapi aku berfikir positif saja, kemungkinan dia tengah merapihkan berkas-berkas penting di kantornya sehingga makan waktu lama, dan dalam waktu yang cukup lama itu, dia kembali ke meja ku, tapi sebelum itu, aku sempat memesan Teh Tarik, jadi lagi-lagi Fana sang pemilik cafe yang kucinta (mungkin dia tidak cinta ke saya) ini membawa pesanan ku lagi. Dan selama kurang lebih setengah jam lebih lama aku disana, pembicaraan lebih banyak mengarah soal bisnis dan kehidupan yang sekarang, walau sedikit mengungkit masa lalu. Hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul 7 malam dan sudah waktunya aku pulang, aku membayar makananku dan pamit pulang ke Fana,  "Sering-seringlah datang kemari" itulah kalimat penutup, pertemuan sekaligus rekonsiliasiku dengan si Fana. Akhirnya aku berpamitan dengannya dan pada saat mau pulang itu juga aku melihat senyumnya yang paling cerah dan lebar serta raut wajah yang menampakkan kebahagian, sementara aku, pun juga ikut berlalu dengan haru dan senang menjadi satu dalam perasaanku.


Saturday, November 21, 2015

Njepret Kapal Mabur - Abdulrachman Saleh Malang 19-11-2015

Sing keroso sun wis suwi sing upload tulisan utowo foto, iku mergo sun sibuk, yo sibuk sembarang.
Sing keroso ugo, wis numpuk foto ambi polusi ide embuh nong laptop utowo sirah nisun :v


Yawis lang, sing atek suwi, iki hasil foto hunting nisun ring Bandara Malang, 19 November 2015 kepungkur.

NC212-100 kode registrasi A-2107 Take Off

Sriwijaya Air Boeing 737-500 PK-CLS "Kepercayaan"

Garuda Indonesia livery Skyteam Boeing 737-800 NG PK-GMH

NC212-100 TNI AU A-2107 mendarat

Wis, mung sedigu baen teko isun, kesuwon yo wis ndeleng lan moco blog isun maning :D

Monday, October 12, 2015

Komuter Porong Rasa Prambanan Ekspres

Saiki aku mosting sing bener-bener foto, iki ono 2 foto gambar komuter sing mangkat teko Porong, monggo divoting sing ndi sing luwih apik, dulur...

Tulisen nomor e ndek komentar ngisor, yo :D

1. Gurung adoh wis ngebul
1. Gurung adoh wis ngebul
Kamera: Nikon D7000
Lensa: Nikkor 18-200mm VR G
F-Stop: f/5.6
Exposure Time: 1/200 sec
ISO: 100
Focal Length: 200 mm
Max Apperture: 5
Metering: Pattern

2. Komuter Drameks meliuk indah
2. Komuter Drameks meliuk indah
Kamera: Nikon D7000
Lensa: Nikkor 18-200mm VR G
F-Stop: f/5.6
Exposure Time: 1/200 sec
ISO: 100
Focal Length: 150 mm
Max Apperture: 5
Metering: Pattern

*Kabeh foto sing tak upload iki wis ngliwati proses editting ndek Photoshop karo Cropping gae ngilangno sing nggarai elek :v

suwun yo wis ndelok :D

Saturday, October 3, 2015

Kisah Cinta Busuk yang Kutinggal Di Kotalama

Kisah Cinta Busuk yang Kutinggal Di Kotalama

Namaku Najib, seorang biasa, seperti mahasiswa kebanyakan aku senang jalan-jalan, entah kemana yang kusuka, terutama kalau soal naik Kereta Api, sembari menikmati perjalanan akupun ingin menulis sebuah kisah, dalam perjalanan ini di atas KA 358 tujuan Rangkasbitung yang telah mencapai stasiun Sudimara, sebuah kisah cinta busuk yang kutinggal di Kotalama.

Waktu itu sekitar bulan Maret, hari rabu dan waktu itu aku masih berpacaran jarak jauh dengan seseorang bernama Lia, kenapa jarak jauh? Karena aku di Malang dan dia di Surabaya, tidak jauh juga sebenarnya, tapi aku harus langganan bis PO Tentrem untuk mencapai sana, semua berjalan  mulus selama 6 bulan hingga muncul satu orang yang cukup memberi dampak bagi kisahku. Dia bernama Fana, janda umur 25 tahun yang kuliah satu jurusan denganku, mendadak dia mengatakan suka denganku dan untuk pertama kalinya aku merasakan bagaimana rasanya disukai wanita, dan semenjak itulah pertengkaran dan ketidaknyamanan dalam berkisah cinta mulai berdampak.

Pernah sekali aku memutuskan untuk mengetes keteguhan perasaan si Fana, dan aku minta persetujuan dari Lia, "Lia, bagaimana ini, seseorang suka sama aku ini, tapi bukannya aku mau berpaling darimu, aku hanya ingin mengetes will nya dia itu kuat atau tidak". "Ya gakpapa kalau cuma mengetes, asal kamu gak kebawa aja perasaan suka aja sama dia" pungkas Lia. Bagiku itu sudah dianggap izin, dan akupun mulai melancarkan aksiku, aku mengatakan ke Fana kalau aku putus dengan Lia, seketika itu juga Fana langsung mau denganku, tapi itu tidak berlangsung lama sebelum Lia menceritakan kelakuan ku dengan teman lakinya yang penyuka sesama jenis.

Malam itu aku pulang kerumah dengan badanku yang sudah sangat capek karena 3 mata kuliah, lalu teman gay nya Lia meng-SMS aku dan memarahiku, "Mas kamu itu gak punya perasaan ya, tega banget kamu ya nyakitin si Lia!", ucapnya di SMS, "Tapi kan aku hanya mengetes aja, gak sampe kebawa perasaan, si Lia juga setuju kok", "Tapi bagaimanapun juga dia itu sedih, tadi dia nangis sama aku!". I was doomed, dan akhirnya setelah amarah, emosi dan pisuhan yang tiada henti akhirnya aku mengalah, dan niatku untuk mengetes Fana jadi hilang.

Setelah itu akupun minta maaf ke Lia dan Fana, seketika itu juga Fana langsung memblok semua media sosialnya dari aku, dan bahkan setelah itu berakhir, persoalan soal aku ke Fana masih terus dipertanyakan dan diungkit-ungkit Fana hingga aku bosan. "Kamu kan sudah ada yang suka, bahkan temanku pun juga ada yang suka kamu, kamu gak peka juga" begitulah salah satu kalimat yang dia lontarkan di suatu hari itu, dan bahkan itu berlanjut hingga 2 bulan terakhir sebelum Najib mengakhiri semua.

Dan akhirnya 2 bulan terakhir penuh dengan pertengkaran dan salah paham, Lia pun menjadi makin menyebalkan seolah ingin mengajak bertengkar terus, hingga akhirnya pada akhir bulan Agustus aku pun memutuskan untuk membicarakan hal ini ke Orang Tua ku, dan nyatanya Orang Tua ku tidak suka dengan sifat Lia dari awal aku berpacaran dengannya. "Akhiri saja, daripada kamu yang makan hati" kalimat dari Ibuku itulah yang membuat aku memutuskan untuk mengakhiri kisahku dengan Lia, 8 bulan yang penuh dengan lika-liku, kebohongan, dan banyak hal buruk harus diakhiri karena restu Orang Tua yang selama ini tidak mengalir.

Sebulan setelah perpisahan itu, aku kembalikan perhatianku ke Fana, dan 2 bulan pendekatan yang sia-sia yang kudapat, Fana sudah terlanjur sakit hati pun tak menginginkan kehadiranku lagi, tanpa dia memberitahuku bahkan dengab dalih mengembalikan perasaannya padaku, janda kembang ini sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha asal Sampang, Madura, entah dia melihat dari unsur Materialistik Histori dari orang tersebut aku tidak tahu, yang jelas sebagai kaum proletar aku tersingkir.

Dan hingga kini dia masih terdiam kalau berpapasan dan akhirnya karena kesal akupun menulis status "Cektas landing, sing nongol update an si rondo -_- (baru mendarat yang nongol update an si janda -_- ) " aku menulis itu karena aku kesal dengannya, dan benar ketika tengah malam aku mendapat chat yang panjang darinya, chat itu berisi ketidak sukaan dia kalau disindir di media sosial, aku pun menanggapinya dengan hati yang panas hingga akhirnya dia melontarkan kalimat yang membuatku bertanya-tanya, "Kamu gak selevel sama aku", itu membuatku bingung karena dahulu dia yang suka sama aku dan sekarang kenapa jadi begini, dan ketika aku menanyakan demikian dia menyangkalnya itu dengan santainya, "Sejak kapan aku suka sama kamu? Nol..." ujarnya, dan akupun hancur seketika, dan setelah pertengkaran yang sengit akupun mengakhirinya dan dia menghapus kontak ku dari telpon genggamnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.25, KA 358 baru tiba di stasiun Cilejit menunggu bersilang KA Lokal Rangkas lainnya dan aku memutuskan untuk tidur hingga nanti tiba di Rangkasbitung, dan kisah yang kualami diatas harus ku lupakan sembari kutuliskan sebagai cerita pendek ini, dan ya, dari Kotalama yang hancur aku harus berpindah ke tempat yang lebih baik. Dengan kisah cinta yang lebih baik tentunya.

KA Lokal Rangkas 358, Angke-Rangkas, 3 Oktober 2015

Sunday, September 20, 2015

(Osing) Nang BW+Nyabrang sedelok 19-09-2015

Wingyenanek (19/09), isun ambi wong 4 kanca-kanca nisun mlaku-mlaku sedelok nyang bumi Blambangan, ketepa'an, ono promoan Rp 70rb kercis sepur nyang sak paran-paran jurusan sak Indonesia, dadi isun ambi lare-lare liyo juwut promoan iku, akhir e oleh KA Mutiara Timur (Surabaya-Byanyuwangai .pp) hang ngatarkan rombongan nisun nyang nggon tujuan.

Dung titik foto sepur hang sun biso jepret, mergo awak e sun dewe sing fit nemen, rodho' kurang turu. Buru ring Probolinggo (PB) isun biso njepret. Iki lho lek hasil e ring PB, sakjane sing ono hang spesial nong PB, mung ono gerbong lawas ambi lokkes 1.

Gerong Herittage (sing weruh isun bengen di kanggo paran)

Gerbong lawas liyo nong PB
CC201 78 02 YK Lokkes PB

Mari iki, isun langsung turu, baru pas ring Jatiroto isun nggirat, langsung njepret koyo paran stasiun e

Stasiun Jatiroto

Hang sun anteni akhir e teko ugo, KA Mutiara Timur hang sun tumpaki teko ring Stasiun Jember, apuwo gedigu? soal e Jember iku tempat e lokomotif lawas, terutama seri BB, jenis Diesel Hidrolik (sing ngerti yo? cobo riko googling deh :D) pas teko nong JR, ketepakan ono rangkaian e KA Pandanwangi (Jember-Byanyuwangai .pp) arep dilangsir nyang jalur 6, pas iku, penampakan hang sun anteni muncul...BB303 80 01 (38) JR ono ring jalur 5 hang sak durunge ketinggulyan KA Pandanwangi hang arep dilangsir. Iki penampakan e lek...
BB303 38, spesialis langsir JR


cuCCu lan mBBah bersandingan

Pandanwangi ring jalur 6 (Jalur simpan JR)
Hang sun weruh nong perjalanan iki, masinis iku mesti ganti ring JR, soal e masinis JR hang weruh trek e Jember-Byanyuwangi iku koyo paran, sakjane persis koyo nong Daop 2 Bandung, Jawa Barat, cuma, trek ring kene sing nggawe Gongsol (rel tambahan dung rel e nikung), dadi masinis mesti extra serantan, sing biso ngebut nemen, salah-salah biso anjlok. Kontur lemah hang munggah mudun khas pegunungan nggarakno trek iki angel kanggo lokomotif Diesel Elektrik biso ngelibas jalur iki, tangan masinis mesti dulinan throttle ambi rem, sing koyo lok spesialis jalur iki jenis diesel hidrolik hang throttle e model koyo setir mobil, dadi kari diputer-puter byaen. Iki ono titik foto pemandangan lintas iki.

Pemandangan lintas Jember-Banyuwangi
Akhir e tepat waktu jam 15.30, KA Mutiara Timur taker ring Stasiun Byanyuwangi Baru, isun mudun langsung disambut lokomotif BB301 65 10 JR, sebagai lok langsir Byanyuwangai. iki penampakan e
BB 301 65 10 JR

Ngelangsir Rangkaian
Arep Mlebu nyang dipo
Sakmarine iku, isun nglako'no ritual wajib (wenaaak :D) dung isun nyang Byanyuwangi, yaiku nyabrang sedelok nyang Bali lan balik maning mesisan deleng sunset, iki foto pemandangan e...

Langit cerah, ojo sampe kecemar

Sunset ketutup awan, khas Selat Balai (Lare Osing ngomong Bali iku Balai :D)
Wis sakmono byaen tulisan ku, kesuwon yo lek wis moco :D

Wednesday, September 9, 2015

67 Tahun Hari Olahraga Nasional, Stadion-Stadionnya Bagaimana?

Hari Olahraga Nasional, kalau kita mencari lagi di internet tentang kapan awal mulanya peringatan hari ini, maka yang kita temukan adalah pada tanggal 9 September 1948 adalah hari dibukanya Pekan Olahraga Nasional untuk pertama kalinya di Surakarta, Jawa Tengah. Berarti sudah 67 tahun sudah olahraga kita diperingati, namun apabila kita berbicara soal sebuah pekan olahraga maka tidak lepas pula dari yang namanya venue atau infrastruktur untuk menunjangnya sebuah pekan olahraga tersebut. Namun apakah masyarakat olahraga kita sudah melihat persoalan itu?


Dari pengamatan penulis tidak banyak infrastruktur olahraga di negeri ini yang bisa dikatakan cukup layak, baik dari lapangan atau penunjang lainnya, bahkan disatu atau beberapa kasus bangunan tersebut makin berkurang, entah dialihfungsikan menjadi bangunan dengan kegunaan yang lain atau memang penutupan untuk area terbuka, sebagai contoh untuk pengurangan bangunan tersebut ada di Jakarta, menurut pengamatan penulis, setidaknya dari dibangunnya Monumen Nasional tahun 1961 setidaknya sudah ada 3 (3) stadion sepakbola dan madya (sepakbola yang bercampur dengan atletik) yang menghilang dari tata ruang kota, di urutan pertama ada Lapangan/Stadion IKADA (IKatan Atletik DjAkarta) yang pada 17 Agustus 1961 dibongkar untuk dibangun Monumen Nasional, yang kemudian menjadi lambang dari Daerah Khusus Ibukota itu sendiri. Kemudian pada sekitar tahun 2006-an lagi-lagi Jakarta kehilangan stadion yang sudah tenar didunia persepakbolaan kita, khususnya Jakarta, Stadion Menteng yang dulu dikenal dengan Lapangan VIOS (Voetbalbond Indische Omstreken Sport), merupakan markas bagi tim Macan Kemayoran, Persija Jakarta, dibangun pada jaman penjajahan Belanda tahun 1921 dan menghilang dari ibukota tahun 2007 untuk dijadikan Taman Kota yang sekarang dikenal dengan Taman Menteng, dan lagi-lagi pada tahun ini, 2015, stadion dibilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan yang kental dengan nuansa kemenangan dan juara menghilang dari Peta, akhirnya Persija Jakarta yang "sebetulnya" masih betah di stadion ini harus angkat kaki dari Stadion Lebak Bulus, entah sampai kapan Jakarta akan terus kehilangan stadion dan infrastruktur olahraga? Tidak ada yang tahu, karena lahan semakin sedikit, maka mau tidak mau fasilitas seperti stadion sepakbola menjadi sasaran.


Beranjak dari Jakarta, dan menilik kebanyak daerah, seperti yang diucapkan penulis sebelumnya kalau untuk urusan stadion memang masih belum banyak yang masuk ke kategori layak kompetisi nasional, apalagi kalau dipakai malam, dari banyak kasus, paling banyak adalah menunggu tim dari suatu daerah yang memiliki stadion kurang layak berprestasi dulu baru kemudian infrastruktur ditingkatkan kualitasnya, menurut penulis sebenarnya pemerintah atau pemegang kelola stadion tidak perlu menunggu momen seperti itu baru melakukan perubahan yang bisa dibilang hanya untuk memenuhi standar kompetisi tertinggi, padahal kita tidak tahu apakah tim tersebut bisa bertahan atau tidak. Yang lebih penulis kritisi disini selain keadaan adalah ketersediaan penerangan lapangan, menurut penulis ini cukup vital karena apabila tersedia maka tidak ada lagi percakapan yang mengatakan "Ah...Liga Indonesia pasti main sore terus", penetapan standar infrastruktur seperti ini disemua lapisan kompetisi akan merubah stigma atau pandangan tersebut, selain itu penulis juga percaya bila ada stadion yang memiliki lampu penerangan lapangan menunjukkan bahwa aliran listrik diwilayah tersebut sudah bisa dikatakan cukup walaupun masih memerlukan genset apabila aliran sedang seret-seretnya, namun apabila bicara tentang Indonesia, maka jangan kaget bila suatu pertandingan malam dihentikan karena mati lampu, karena aliran nasional saja sering byar-pet! dibanyak daerah.


Penulis kira dengan pemerintah dan stakeholder yang bersangkutan sudah sadar akan olahraga pasti tergerak hatinya untuk merenovasi atau membangun lagi stadion yang lebih layak tanpa harus menunggu momentum promosi atau juara dahulu, karena memang kita harus merawat dan menggodok lagi atlit-atlit kita di venue yang layak dan nyaman digunakan para atlit tersebut untuk berlatih. Karena kita juga tidak mau kan berada di tempat yang tidak enak terus?. Setelah melihat hal pahit di Jakarta, ada pula kabar gembira diluar daerah, yaitu makin banyak stadion yang diperbaiki dan makin banyak daerah yang membangun stadion baru di daerah mereka masing-masing, tentu dengan standar Internasional yang sudah diterapkan di kompetisi teratas di tanah air, memang tidak semua disorot media, tapi begitu kita sudah sampai disana kitapun akan kaget tiba-tiba wajah suatu stadion sudah berubah.


Harapan penulis sih hanya satu, agar pemerintah atau siapapun yang berjiwa peduli olahraga suatu daerah membangun atau memperbaiki venue-venue yang ada agar bibit-bibit atlit kita makin nyaman menggeluti minatnya untuk mengabdi pada tanah air mereka di fasilitas yang nyaman dan membuat mereka betah untuk tetap menekuni cabor yang mereka sukai.

Selamat Hari Olahraga Nasional, Jayalah Olahraga Indonesia!


Sunday, August 30, 2015

KLB Rel Daop 8, dino #2 30-08-2015

Wis dino ke 2 KLB Rel Daop 8 sing liwat jalur kantong utowo mubeng teko Benteng (BET) ndek Suroboyo liwat Kertosono (KTS) ngidul nang Blitar (BL) ambek Malang (ML) sampek mungkasi perjalanan ndek BET maneh, sak jane iki adane KA Penataran, meh bedo ne iki momot rel, lek Penataran momot wong.

Perjalanan KLB iki dewe dipecah dadi 4 Perjalanan, antara ne KLB KP/10121 (BET-KTS), 10212 (KTS-BL), 10206 (BL-ML) ambek sing terakhir 10208 (ML-BET). KLB iki mlaku momot rel tipe R54 dengan stanformasi 12 GD (Gerbong Datar) plus 1 Kabus ambek 2 PPCW lan digeret lokomotif CC206 13 01 YK. Tapi awak dewe njegat sing KLB 10208 polae wayahe pas ambek lumayan cidek spot e ambek omahe awak dewe.

Pas iki mang dijadwal no jam 10.03 wis budal teko BL sebagai KLB 10206, rodo telat polae disilang Penataran 459, akhire mangkat BL jam 10.40, ditambah telat maneh ambek acara nebar rel ndek petak Garum-Talun, dan awak dewe njegat ndek lintas Blimbing-Singosari.

dan akhire jam 14.45 sing di enteni teko, diawali ambek Bima sing liwat luwih awal. Berikut Dokumentasine


KA Bima sing ngawali hunting dino iki


KLB 10208 Rel plus Kabus
Suwun yo rek wes moco blog ku :)

Saturday, August 29, 2015

Umplung Lengo anjlok, NR e Dipo ML metu

Kabar sing gak ono arek Railfans Daop VIII sing nyongko, mang awan koncone penulis sek tas update status "KA Ketel 2624 berangkat ML", kronologi jam kurang luwih jam 15.47 ono kabar lek sepur ketel lengo 2624 sing di tarik lokomotif CC206 13 99 anjlok 2 as ndek KM 20+8/9 antara Sengon ambek Sukorejo, sauntoro iku pihak Dipo Lokomotif Malang (ML) ngelako'no gerak cepat gae ngatasi anjlokan sing kedaden.

Kasaran e jam 16.12 di budalke teko jalur 3 stasiun ML sing sak durunge dilangsir teko jero ne Dipo Lokomotif, NR sing ditarik CC206 13 92 sing momot crew ambek teknisi dipo langsung budal nang nggon kedadian.

iki ono titik dokumentasi ne NR sing budal dino iki

CC206 13 92 nggeret NR (lali aku NR piro) nggowo crew ambek teknisi nang nggon kedadian perkoro

Luwih jelas NR e koyok opo (rai ne teknisi sing ketok ndek lawang e NR wis tak sensor)
Njaluk sepurane sing akeh lek awak dewe gak iso ngeliput nang nggon kedadian perkoro ndek Sengon, perkoro wis atene maghrib ambek wis peteng lek wis nyampe nang nggone. 

Suwun yo rek wis moco blog ku :)

Tuesday, August 25, 2015

Jelajah Gelora, edisi #Stadion_Tugu_JakartaUtara

Plang nama Stadion di Tribun VIP

"Semua yang pernah berpindah pasti punya rumah asli", mungkin kalimat ini bisa dipakai untuk Stadion Tugu dibilangan Semper, Jakarta Utara. Sebuah stadion kecil yang bisa ditempuh 5 menit dari Kelapa Gading, Jakarta Utara, menempati lahan seluas 5,3 hektar dengan dilengkapi tribun yang mampu menampung sekitar 10.000 penonton, memiliki banyak kisah suka dan duka, terutama klub sepakbola besar yang menempatinya, Laskar Si Pitung, Persitara Jakarta Utara beserta suporter setianya.

Dari Buruk Berusaha Menjadi Berkualitas
Lapangan Stadion Tugu


Sebelum tahun 2007, menurut sumber profil klub sepakbola saat itu, Stadion ini menjadi kandang tetap bagi klub Persitara, karena memang, Stadion yang dikelola oleh Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta ini cukup dekat dengan basis pendukung mereka, NJ Mania yang ada di bilangan Koja dan sangat mengakomodir pendukung lainnya yang berasal dari perbatasan Jakarta Utara dan Timur serta Bekasi. Selain itu, dibandingkan dengan Stadion lain dibilangan Jakarta Utara menurut salah satu pengelola Stadion ini, bapak Danar mengatakan, lapangan Tugu lebih representatif dari segi lapangan. "Kualitas rumput dan daya serap genangan air disini lebih baik dibandingkan Rawa Badak (Stadion), walaupun disana memiliki lampu tapi untuk lapangan disini lebih terawat".

Dahulu, stadion ini bisa dikatakan (oleh regulator liga indonesia dan banyak media) sangat buruk untuk menggelar pertandingan sekelas Divisi Utama karena ketidakrataan lapangan dan kualitas rumput, hal ini dimaklumi juga oleh pak Danar dan kepala pengelola Stadion, bapak Sumarno, beliau mengatakan bahwa kualitas air tanah serta kurangnya anggaran perawatan menjadi penyebab utama, lebih lanjut ia mengatakan air tanah yang ada di stadion ini memiliki kadar garam yang cukup tinggi (payau) maka tak heran jika dimusim panas rumput tidak cepat tumbuh, "nah, apalagi sekarang anggaran buat perawatan juga dikurangi, dari dulu kita udah minta, pas kemaren udah hampir di acc, eh, ditahan dulu sama Gubernur, karena ada keperluan yang lebih urgent dari ini", pak Sumarno juga menyebutkan anggaran perawatan stadion ini diperuntukkan untuk meratakan lapangan, membeli air dari PDAM, kebersihan harian, dan lain-lain.

Munculnya stadion baru (dipugar) yang terletak di daerah Kamal Muara pada sekitar tahun 2006, juga menggeser status stadion ini yang tadinya merupakan homebase utama, menjadi hanya tempat latihan dan bermainnya klub kecil dan warga sekitar.

Disebutkan juga oleh beliau, apabila banjir melanda kawasan Semper, stadion ini menjadi tempat pengungsian bagi warga yang terkena musibah, beliau menyebutkan kalau hampir semua stadion yang ada di Jakarta, terutama yang dikelola oleh Disorda DKI harus memiliki fungsi yang sama, yaitu fungsi sosial sebagai tempat penampungan sementara. Banjir pula yang terkadang menjadi masalah bagi lapangan, karena rumput bisa tumbuh sangat tinggi apabila tidak dipotong segera, tidak seperti hari biasa dimana rumput tidak bisa tumbuh maksimal akibat air tanah yang payau.

Sudah Berlampu

Salah satu tiang lampu yang terpasang
Jika dahulu pertandingan hanya bisa dilakukan sore hari, maka mulai pertengahan tahun 2015 sudah bisa dilakukan hingga malam hari, cukup mengejutkan memang, ketika media tidak meliput soal renovasi stadion salah satu klub besar di Jakarta, bagi penulis juga, hal ini merupakan gebrakan yang amat sangat merubah stadion yang terletak di pelosok Jakarta Utara ini, saat itu penulis sedang memantau fanpage NJ Mania yang menunjukkan foto persiapan Persitara Jakarta Utara menjelang ujicoba yang dilakukan malam hari.

Oleh kepala pengurus stadion ini, beliau memang membenarkan kalau selama renovasi stadion dan sitadion lain seperti Kamal Muara ini dilakukan tidak ada media yang meliput, meskipun pelelangan proyeknya terpampang paling atas di google apabila kita menulis keyword "Lampu Stadion Tugu".
Detail pucuk lampu sorotnya

Beliau memang tidak menyebutkan berapa besar proyek ini, namun beliau mengatakan kalau lampu yang digunakan adalah merk Phillips buatan Belanda dan memiliki daya penerangan sekitar 800 lux, memang tidak standart untuk pertandingan sekelas Indonesia Super League (ISL), namun cukup untuk bermain malam. Untuk aliran listriknya, dijelaskan oleh pak Danar bahwa stadion ini memiliki gardu listrik sendiri, sebelumnya stadion ini menggunakan baik aliran PLN yang mengalir menuju perumahan warga maupun gardu yang sudah ada, namun sekarang sudah sepenuhnya menggunakan gardu yang pada renovasi yang akan datang bisa menerangi lampu hingga daya penerangan standar ISL, 1200 lux.

Kotak yang berisi switch untuk menyalakan lampu

Tribun Penonton, Suporter setia dan masalah yang membelit Persitara Jakarta Utara

Seperti layaknya Stadion pada umumnya, suporter atau pendukung setia tim sepakbola pasti banyak menempatkan diri di tribun yang memiliki tarif masuk paling murah, namun apabila sudah dimasukkan konteks Indonesia, maka tribun Ekonomi dan belakang gawang adalah tempat yang paling lazim ditempati para suporter kita, namun cukup berbeda dengan di Stadion Tugu ini, karena tidak memiliki tribun yang terletak di belakang gawang, jadi hanya ada tribun VIP dan Ekonomi Timur.

Tribun Ekonomi tempat para NJ Mania bernyanyi dan bersorak mendukung tim kesayangannya
Papan skor yang terletak di belakang gawang

Karena kondisi stadion yang cukup terbuka pula, tidak jarang bila ada siaran langsung dari stadion ini kita akan menemukan pagar sekitar belakang gawang dan papan skor ditutup seng, hal ini bertujuan untuk meniadakan penonton tak bertiket yang masuk ke dalam lapangan dan mengganggu jalannya pertandingan, oleh pak Danar solusi ini dianggap cukup memadai untuk keterbatasan stadion ini.
Lebih masuk kedalam pagar
Dimana suporter berada pasti meninggalkan jejak, itulah yang terjadi disini, dulu seringkali ditemukan graffiti yang sengaja dibuat oleh para suporter, kebanyakan dari grafitti itu menggambarkan tentang kehebatan Persitara dan kebanggaan sebagai suporter setia, NJ Mania, terhadap tim kesayangannya, Laskar Si Pitung, namun seiring terjadinya konflik yang menimpa persepakbolaan Indonesia, atmosfer kompetisi menjadi sepi dan riuh serta luapan emosi para suporter menjadi tidak ada, dengan memanfaatkan momentum itu, pengelola juga menghapus grafitti yang ada di tribun VIP dan Ekonomi di belakang.

Persitara memang memiliki banyak kisah, pada saat penulis berkunjung ke Stadion ini, penulis bertemu dengan pak Andi, salah satu sesepuh dari tim Persitara Jakarta Utara yang juga memiliki jabatan di Pengcab PSSI Jakarta Utara, beliau juga menceritakan ketakutannya bila kondisi masih terus begini, "saya takutnya nanti PSSI jadi pecah lagi, ini aja Persitara juga udah pecah, Persitara yang ikut Piala Kemerdekaan sekarang itu yang dulunya LPI (Liga Primer Indonesia), yang aslinya udah bubar gara-gara gak ada duitnya" ujar beliau.

Memang dibanyak klub besar di Indonesia sekarang, semenjak ada Liga Primer Indonesia (LPI), banyak manajemen klub yang memecahkan diri dan membentuk kubu masing-masing dan bersaing untuk mendapat pengakuan dari Suporter mereka, tidak hanya itu, di banyak klub yang berlaga di kompetisi kasta kedua, Divisi Utama, banyak dari manajemen asli yang tidak kuat dengan persaingan yang membutuhkan banyak uang membubarkan diri hingga menyisakan satu kubu yang sebelumnya berlaga di LPI, masalah klub ini terjadi di klub seperti Persitara Jakarta Utara, PSMS Medan, dan lain-lain.

Beliau cukup panjang lebar menceritakan pengalamannya juga selama ikut Persitara "asli" yang dipimpin manager Harry "Gendhar" Roeswanto yang dirasa lebih baik dari yang sekarang, namun bila dituliskan disini semua juga tidak akan habis, namun pada intinya yang ia sampaikan adalah, Persitara membutuhkan manajer yang hobi bola, yang hobi menghabiskan uangnya untuk membangun persepakbolaan secara profesional.

sekian tulisan panjang lebar ini, dan berikut sedikit potret di sekitar stadion:
Sisi Utara Stadion

Tribun VIP Stadion Tugu

Pintu Masuk Tribun VIP

Bench  pemain
Pintu masuk menuju ruang ganti pemain





Saturday, August 22, 2015

Njepret Sepur! Edisi #Maja-Cikoya 22-08-2015

Kulon...yo..ngulon..lewih tepak e nang Maja, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, iki nggon sing paling aku arep-arep i iso mrono dewekan, polae gak ono koncone, akses nang Maja kui paling gampang numpak KRL, teko stasiun Tanahabang, sing luwih akeh jadwal e? Lokal Rangkas teko Angke.

Sak durunge tahun 2012 (jareku seh, embuh realita ne koyok opo, sing iso mbenakno monggo di komen), area iki gurung ono LAA ne, polae ono proyek Elektrifikasi lan Double Track Tanahabang-Merak, tapi sampe saiki koyok e gurung mari-mari masio wis diresme'no.

Akhir e jam 12.00 awak dewe wis teko ndek Maja, nah mulai hunting kui ono ndek jalur 3 sepur gae mbenakno rel, biasa diarani Plasseur.

Lha bar iku aku mlaku nang tretek cidurian spot andalan e Maja, tapi pertama njajal high angle ala Maja, lha iki ono beberapa hasil hunting e...

Plasseur ndek jalur 3 stasiun Maja


KA Lokal Rangkas 363 budal Maja dengan Brvtalnya
Tretek Cidurian, Maja

KA Lokal Rangkas 365


KRL Maja-Tanahabang melintas tretek Cidurian
 Ono kabar lek dino iku ono KA Lokal Rangkas sing nomor e D1/358a ono gangguan loko sampe akhir e ditarik mbalik nang Palmerah, akhir e Perka Kulon dino iku ajur...jur sampe awak dewe gak iso nguber Rangkas Jaya nang Rangkasbitung.

Sebagai gantine, awak dewe tracking sampe Cikoya, meh 2 Km teko stasiun Maja, polae awak dewe wis kadung Tap-in. Stasiun Cikoya dewe mbiyen bangunan e cilik ambek tembok e barang gae kayu (ono ndek Majalah KA edisi Kereta Tanah Banten), tapi saiki wis diperbaiki total, lha iki ono foto-foto ne, monggo disemak.

KA Lokal Rangkas 358 sing mau mogok ndek Palmerah ls Cikoya


Bangunan Stasiun Cikoya saiki


KA Rangkas Jaya nembus asap


KA Rangkas Jaya ls Cikoya

Suwun yo wis moco :)

Monday, August 17, 2015

Njepret Sepur, edisi #Hari_Merdeka

Penulis: "17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita...hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia, Merdeka.."
Cak Kodri: He...ndang dijelasno, ojo nyanyi!
Penulis: Oiyo, sepurane..:v

Lha iku mau wis tak nyanyi'no lagu "Hari Merdeka", polae opo? iki spesial Hari Kemerdekaan, sing ke 70...:v cah cah liane podo melu lombe ndek nggon e dewe-dewe, lha awak dewe? berlomba-lomba njepret sepur sing apik, apik polae ono bender abang putih ndek saben lokomotif sing dinas dino iki, lha...iki foto-foto sing jare penulis apik :)

KA Jayabaya mangkat stasiun ML

Bar e hunting ndek ML, awak dewe ambek liane pindah nggon nang stasiun Blimbing (BMG), lha pas awak dewe teko ndek kono, ono kabar lek KA Dhoho/Penataran 464 silang ambek KA Tawang Alun ndek BMG.

KA Dhoho/Penataran 464 digeret lokomotif CC203 02 01


KA Tawang Alun ls BMG dengan LH Brvtalnya :v


Bar e silang Tawang Alun, KA 464 Dhoho/Penataran budal BMG
 Pindah nggon maneh, saiki ndek sinyal muka Singosari (SGS) pihak BMG, sakjane luwih apik kene timbang spot sing mau, tapi yo lumayan adoh teko embong gede, lha...iki foto-fotone ndek nggon iki :D

KA Penataran/Dhoho 463 digeret CC201 77 10

Dan iki, foto pemungkas hunting dino iki..
KA Bima ls SGS (mlebu ae gurung)
Sakjane ono video sing lewih mungkasi ambek ngumplitno hunting dino iki, tapi yawis lah, masio entuk loko ambek bendero tapi yo ngono, penulis gak iso ng-upload foto ne polae elek, sepurane yo dulur...

Suwun yo rek wis moco blog ku iki :)
Sepisan neh, penulis ngucapno DIRGAHAYU KE 70 REPUBLIK INDONESIA..

MERDEKA!!!!