![]() |
Plang nama Stadion di Tribun VIP |
"Semua yang pernah berpindah pasti punya rumah asli", mungkin kalimat ini bisa dipakai untuk Stadion Tugu dibilangan Semper, Jakarta Utara. Sebuah stadion kecil yang bisa ditempuh 5 menit dari Kelapa Gading, Jakarta Utara, menempati lahan seluas 5,3 hektar dengan dilengkapi tribun yang mampu menampung sekitar 10.000 penonton, memiliki banyak kisah suka dan duka, terutama klub sepakbola besar yang menempatinya, Laskar Si Pitung, Persitara Jakarta Utara beserta suporter setianya.
Dari Buruk Berusaha Menjadi Berkualitas
![]() |
Lapangan Stadion Tugu |
Sebelum tahun 2007, menurut sumber profil klub sepakbola saat itu, Stadion ini menjadi kandang tetap bagi klub Persitara, karena memang, Stadion yang dikelola oleh Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Jakarta ini cukup dekat dengan basis pendukung mereka, NJ Mania yang ada di bilangan Koja dan sangat mengakomodir pendukung lainnya yang berasal dari perbatasan Jakarta Utara dan Timur serta Bekasi. Selain itu, dibandingkan dengan Stadion lain dibilangan Jakarta Utara menurut salah satu pengelola Stadion ini, bapak Danar mengatakan, lapangan Tugu lebih representatif dari segi lapangan. "Kualitas rumput dan daya serap genangan air disini lebih baik dibandingkan Rawa Badak (Stadion), walaupun disana memiliki lampu tapi untuk lapangan disini lebih terawat".
Dahulu, stadion ini bisa dikatakan (oleh regulator liga indonesia dan banyak media) sangat buruk untuk menggelar pertandingan sekelas Divisi Utama karena ketidakrataan lapangan dan kualitas rumput, hal ini dimaklumi juga oleh pak Danar dan kepala pengelola Stadion, bapak Sumarno, beliau mengatakan bahwa kualitas air tanah serta kurangnya anggaran perawatan menjadi penyebab utama, lebih lanjut ia mengatakan air tanah yang ada di stadion ini memiliki kadar garam yang cukup tinggi (payau) maka tak heran jika dimusim panas rumput tidak cepat tumbuh, "nah, apalagi sekarang anggaran buat perawatan juga dikurangi, dari dulu kita udah minta, pas kemaren udah hampir di acc, eh, ditahan dulu sama Gubernur, karena ada keperluan yang lebih urgent dari ini", pak Sumarno juga menyebutkan anggaran perawatan stadion ini diperuntukkan untuk meratakan lapangan, membeli air dari PDAM, kebersihan harian, dan lain-lain.
Munculnya stadion baru (dipugar) yang terletak di daerah Kamal Muara pada sekitar tahun 2006, juga menggeser status stadion ini yang tadinya merupakan homebase utama, menjadi hanya tempat latihan dan bermainnya klub kecil dan warga sekitar.
Disebutkan juga oleh beliau, apabila banjir melanda kawasan Semper, stadion ini menjadi tempat pengungsian bagi warga yang terkena musibah, beliau menyebutkan kalau hampir semua stadion yang ada di Jakarta, terutama yang dikelola oleh Disorda DKI harus memiliki fungsi yang sama, yaitu fungsi sosial sebagai tempat penampungan sementara. Banjir pula yang terkadang menjadi masalah bagi lapangan, karena rumput bisa tumbuh sangat tinggi apabila tidak dipotong segera, tidak seperti hari biasa dimana rumput tidak bisa tumbuh maksimal akibat air tanah yang payau.
Sudah Berlampu
![]() |
Salah satu tiang lampu yang terpasang |
Jika dahulu pertandingan hanya bisa dilakukan sore hari, maka mulai pertengahan tahun 2015 sudah bisa dilakukan hingga malam hari, cukup mengejutkan memang, ketika media tidak meliput soal renovasi stadion salah satu klub besar di Jakarta, bagi penulis juga, hal ini merupakan gebrakan yang amat sangat merubah stadion yang terletak di pelosok Jakarta Utara ini, saat itu penulis sedang memantau fanpage NJ Mania yang menunjukkan foto persiapan Persitara Jakarta Utara menjelang ujicoba yang dilakukan malam hari.
Oleh kepala pengurus stadion ini, beliau memang membenarkan kalau selama renovasi stadion dan sitadion lain seperti Kamal Muara ini dilakukan tidak ada media yang meliput, meskipun pelelangan proyeknya terpampang paling atas di google apabila kita menulis keyword "Lampu Stadion Tugu".
![]() |
Detail pucuk lampu sorotnya |
Beliau memang tidak menyebutkan berapa besar proyek ini, namun beliau mengatakan kalau lampu yang digunakan adalah merk Phillips buatan Belanda dan memiliki daya penerangan sekitar 800 lux, memang tidak standart untuk pertandingan sekelas Indonesia Super League (ISL), namun cukup untuk bermain malam. Untuk aliran listriknya, dijelaskan oleh pak Danar bahwa stadion ini memiliki gardu listrik sendiri, sebelumnya stadion ini menggunakan baik aliran PLN yang mengalir menuju perumahan warga maupun gardu yang sudah ada, namun sekarang sudah sepenuhnya menggunakan gardu yang pada renovasi yang akan datang bisa menerangi lampu hingga daya penerangan standar ISL, 1200 lux.
![]() |
Kotak yang berisi switch untuk menyalakan lampu |
Tribun Penonton, Suporter setia dan masalah yang membelit Persitara Jakarta Utara
Seperti layaknya Stadion pada umumnya, suporter atau pendukung setia tim sepakbola pasti banyak menempatkan diri di tribun yang memiliki tarif masuk paling murah, namun apabila sudah dimasukkan konteks Indonesia, maka tribun Ekonomi dan belakang gawang adalah tempat yang paling lazim ditempati para suporter kita, namun cukup berbeda dengan di Stadion Tugu ini, karena tidak memiliki tribun yang terletak di belakang gawang, jadi hanya ada tribun VIP dan Ekonomi Timur.
![]() |
Tribun Ekonomi tempat para NJ Mania bernyanyi dan bersorak mendukung tim kesayangannya |
![]() |
Papan skor yang terletak di belakang gawang |
Karena kondisi stadion yang cukup terbuka pula, tidak jarang bila ada siaran langsung dari stadion ini kita akan menemukan pagar sekitar belakang gawang dan papan skor ditutup seng, hal ini bertujuan untuk meniadakan penonton tak bertiket yang masuk ke dalam lapangan dan mengganggu jalannya pertandingan, oleh pak Danar solusi ini dianggap cukup memadai untuk keterbatasan stadion ini.
![]() |
Lebih masuk kedalam pagar |
Dimana suporter berada pasti meninggalkan jejak, itulah yang terjadi disini, dulu seringkali ditemukan graffiti yang sengaja dibuat oleh para suporter, kebanyakan dari grafitti itu menggambarkan tentang kehebatan Persitara dan kebanggaan sebagai suporter setia, NJ Mania, terhadap tim kesayangannya, Laskar Si Pitung, namun seiring terjadinya konflik yang menimpa persepakbolaan Indonesia, atmosfer kompetisi menjadi sepi dan riuh serta luapan emosi para suporter menjadi tidak ada, dengan memanfaatkan momentum itu, pengelola juga menghapus grafitti yang ada di tribun VIP dan Ekonomi di belakang.
Persitara memang memiliki banyak kisah, pada saat penulis berkunjung ke Stadion ini, penulis bertemu dengan pak Andi, salah satu sesepuh dari tim Persitara Jakarta Utara yang juga memiliki jabatan di Pengcab PSSI Jakarta Utara, beliau juga menceritakan ketakutannya bila kondisi masih terus begini, "saya takutnya nanti PSSI jadi pecah lagi, ini aja Persitara juga udah pecah, Persitara yang ikut Piala Kemerdekaan sekarang itu yang dulunya LPI (Liga Primer Indonesia), yang aslinya udah bubar gara-gara gak ada duitnya" ujar beliau.
Memang dibanyak klub besar di Indonesia sekarang, semenjak ada Liga Primer Indonesia (LPI), banyak manajemen klub yang memecahkan diri dan membentuk kubu masing-masing dan bersaing untuk mendapat pengakuan dari Suporter mereka, tidak hanya itu, di banyak klub yang berlaga di kompetisi kasta kedua, Divisi Utama, banyak dari manajemen asli yang tidak kuat dengan persaingan yang membutuhkan banyak uang membubarkan diri hingga menyisakan satu kubu yang sebelumnya berlaga di LPI, masalah klub ini terjadi di klub seperti Persitara Jakarta Utara, PSMS Medan, dan lain-lain.
Beliau cukup panjang lebar menceritakan pengalamannya juga selama ikut Persitara "asli" yang dipimpin manager Harry "Gendhar" Roeswanto yang dirasa lebih baik dari yang sekarang, namun bila dituliskan disini semua juga tidak akan habis, namun pada intinya yang ia sampaikan adalah, Persitara membutuhkan manajer yang hobi bola, yang hobi menghabiskan uangnya untuk membangun persepakbolaan secara profesional.
sekian tulisan panjang lebar ini, dan berikut sedikit potret di sekitar stadion:
![]() |
Sisi Utara Stadion |
![]() |
Tribun VIP Stadion Tugu |
![]() |
Pintu Masuk Tribun VIP |
![]() |
Bench pemain |
![]() |
Pintu masuk menuju ruang ganti pemain |
No comments:
Post a Comment