Tuesday, August 11, 2015

Aud Hulup Napaled Nuhat AREMA, Tengkar, Guyub, dan Kedepannya Bagaimana?

Arema, mendengar kalimat ini semua pasti tertuju pada wilayah bernama Malang Raya, sebuah wilayah di selatan Provinsi Jawa Timur, berasal dari kota yang dikelilingi oleh Gunung Arjuno, Welirang, Panderman, dialiri Sungai Brantas, dan Laut Selatan Jawa yang menjadi batas akhir dari wilayah ini. Dengan adanya tim ini juga (menurut penulis) menjadikan image Malang menjadi "Kota Bola", dimana suasana akan sepakbola menjadi hal yang tak terpisahkan dari segala aspek kehidupan dan rasa primordialisme yang tinggi akan kultur masyarakatnya begitu terasa didalamnya, dan didalam primordial itu lagi-lagi ada sepakbola.

Dan kita tahu bahwa dekade 1980-an merupakan masa yang cukup suram di Indonesia, dengan diwarnai banyak konflik yang memakan korban jiwa. Sebelum 1987 (menurut cerita masyarakat yang berkembang dan penulis dengar) itu Kota Malang merupakan tempat yang banyak dihuni oleh preman yang meresahkan warga, terlebih pasca Penembakan Misterius (1980-1984?) kondisi belum sepenuhnya normal, namun siapa yang sangka kalau tim yang lahir dari masa yang bisa dibilang cukup kelam ini mampu mengguyubkan satu wilayah Karesidenan yang besar ini?

Berawal Dari Keinginan Untuk Bersatu

Kibarkan Bendera Biru, Semangat Kami Menyatu Dibawah Panji INDONESIA-ku

Bagi orang asli Kota Malang, nama seperti Argom, Arpol, RAC dan lain sebagainya siapa yang tidak kenal? Ya, mereka adalah beberapa gangster yang berkuasa di Malang dan kerap kali meresahkan warga, namun itu hanya terjadi sebelum tanggal 11 Agustus 1987, Alm. Acub Zaenal, mantan Gubernur Provinsi Irian Jaya, ingin mendirikan klub sepakbola untuk berlaga di kompetisi Galatama, dengan adanya gagasan ini, beliau mendirikan klub sepakbola, Arema atau Angkatan Remaja Malang. Namun dalam perjalanannya, Arema sempat bergabung dengan klub Armada 86 (ada sumber yang mengatakan bahwa Armada 86 adalah klub asal daerah Kendalpayak, Pakisaji, Kabupaten Malang) yang kemudian menjadi Aremada, dan akhirnya mantap menjadi Arema. Disaat yang sama, anak dari Acub Zainal, yaitu Lucky Acub Zainal atau akrab disapa Sam Ikul didapuk sebagai simbol dari berakhirnya perang antar-gangster yang terjadi dengan mendirikan Aremania, suporter dari PS Arema.

Maka bisa dikatakan, 11 Agustus, hari berdirinya Arema adalah Hari Bersatunya Masyarakat Malang Raya. Yang kelak akan menjadi suatu kebanggaan yang mendarah daging disetiap individu kerA ngalaM dan keturunannya serta menciptakan suatu Subkultur yang khas diantara masyarakat yang lain.
Tua, Muda, Laki, Perempuan, Semua Mengibarkan Satu Nama, AREMA


Namun itu adalah yang terjadi 28 tahun yang lalu, sekarang coba menoleh ke arah masa depan, sudah 28 tahun sejak berdiri pada zaman Galatama dan sebanyak 5 gelar juara dan banyak turnamen pra-musim, namun bagi penulis, setelah diraihnya gelar Indonesia Super League 2009/2010 yang merupakan gelar kelima dari tim ini, seperti habis manis sepah dibuang, karena meskipun mempertahankan squad muda, tapi tidak demikian dengan peracik dan prestasinya, dan sekarang sudah 6 tahun dari masa indah itu, dan ditengah keadaan persepakbolaan yang kacau begini, apakah mereka mampu bertahan?

Semakin nampak seperti Italia?

Mungkin kalimat itu makin nampak nyata bila kita melihat realita sepakbola kita yang sekarang, aliran-aliran Italianisme di tubuh suporter manapun di Indonesia mulai dari memakai nama ala Italia hingga tingkah laku mereka, semakin beringas? semakin tidak terkendali permasalahan antar suporter? SANGAT IYA, belum lagi soal isu pengaturan skor dan mafia bola yang bahkan orang sekelas Menpora pun tidak bisa menghentikan atau menyediakan solusi yang tepat.

Mungkin masih ada diingatan kita bahwa Arema pasca Juara ISL sempat terpecah, bahkan sempat menjadi 3! Keadaan ini justru sangat membingungkan, karena kita tahu bahwa Arema adalah entitas persatuan Malang Raya tapi malah pecah didalam tubuhnya sendiri, bahkan hingga kini kita masih bertanya-tanya manakah Arema yang 100 persen Arema asli dan bukan pecahannya, banyak yang bilang bahwa konflik sudah berakhir, namun pihak yang pecah itu juga nampaknya mencari celah agar muncul ke publik menggantikan Arema Cronus, dan sampai sekarang, kita selaku pecinta, pemerhati dari sepakbola Malang Raya hanya bisa bertanya-tanya, dan menanti kebenaran terungkap sembari kita melihat Arema Cronus yang ada menjadi pelipur lara, karena kita tahu jika obat dari permasalahan yang terjadi sekarang adalah segera hentikan konflik yang ada, tanpa ada lagi mafia bola yang menjadikan suatu klub sebagai tumpangan politik kekuasaan atau mencari materi semata yang nyata-nyata harus kita lawan betul.

Namun apapun yang terjadi, kebanggaan dan identitas haruslah tetap sama, karena kekuatan sesungguhnya Arema adalah kita, dari ujung Lawang di Utara hingga Gedangan di Selatan dan yang diluar Malang Raya, yang menjadi penyemangat dan penyokong keadaan Arema dari nol sampai eksistensinya yang masih diperhitungkan sampai saat ini.

Sekali lagi saya ucapkan TEMALES MILAD AREMA SING KE AUD HULUP NAPALED NUHAT, Tetap Eksis dan Selalu Biru, Satu Jiwa-Satu Rasa-Bersama untuk SATU KEBANGGAAN...

A!..R!..E!..M!..A!...AREMA!!

No comments:

Post a Comment